Denny JA: Ziarah ke Borobudur dan Tenggelam dalam 3 Masa Silam
- Penulis : Maulana
- Senin, 09 September 2024 07:57 WIB

Saya melihat masyarakat di sekitar Borobudur, yang kini sebagian besar telah memeluk Islam, tidak lagi menganggap candi itu sebagai tempat suci.
Borobudur menjadi bagian dari lanskap yang terlupakan, tertimbun oleh alam, dan kehilangan maknanya di tengah perubahan kepercayaan dan waktu.
Candi itu seakan terhapus dari ingatan kolektif masyarakat, hanya menjadi bayangan dari masa lalu yang telah ditinggalkan.
Baca Juga: Festival Toleransi Indonesia 2024: 2 Orang Ini Jadi Juara Lomba Swafoto di Depan Lukisan Denny JA
Pada saat itu, Borobudur seperti tenggelam dalam tidur panjang, terlupakan oleh peradaban. Saya merasakan kesunyian yang mendalam, seolah-olah candi itu menunggu untuk ditemukan kembali, untuk dihidupkan lagi dari debu dan tanah yang telah menutupinya selama berabad-abad.
Dalam hening, air mata saya menetes. Saya merasakan kesedihan patung- patung Budha itu karena kepalanya dicuri. Ratusan patung duduk, tanpa ada kepala.
-000-
Baca Juga: Denny JA: Lesehan Menonton Kabaret Transpuan di Yogyakarta
Saya tersadar kembali dari perjalanan spiritual ini dengan kesadaran baru tentang Borobudur.
Candi ini bukan hanya bangunan batu yang megah, tetapi juga penjaga cerita dari tiga masa yang berbeda. Borobudur telah melewati banyak fase dalam sejarahnya.
Itu dimulai dengan masa kejayaan di bawah Syailendra, masa terlupakan karena perubahan agama dan alam, hingga masa penemuan kembali oleh Raffles. Setiap lapisan waktu itu tercetak dalam batu-batunya, reliefnya, dan stupa-stupa yang menjulang.
Baca Juga: Denny JA Luncurkan Rahasia Perjalanan Hidupnya Melalui Buku 'Hijrah Berkali-Kali Ala Denny JA'
Saat saya berdiri di puncak Borobudur, melihat ke arah cakrawala, seolah-olah saya berdiri di persimpangan antara masa lalu dan masa kini.