Catatan Denny JA: Membawa Spirit Para Sufi ke Era Artificial Intelligence
- Penulis : Maulana
- Kamis, 19 Desember 2024 09:28 WIB
Algoritma media sosial dirancang untuk memperkuat keterlibatan, tetapi sering kali memperparah perasaan tidak berharga dan isolasi. Dalam proses ini, teknologi menciptakan ilusi makna yang dangkal, menggantikan hubungan sejati dengan pengakuan digital yang sementara.
Makna sejati tidak ditemukan di layar ponsel, tetapi dalam hubungan yang nyata—dengan sesama, alam, dan Tuhan. Hubungan ini tidak dibangun dari angka like atau followers, melainkan dari keintiman emosional, kasih sayang, dan saling peduli.
Untuk melawan ilusi ini, manusia harus kembali kepada esensi spiritualitas. Refleksi, doa, atau meditasi lintas tradisi menjadi kunci untuk menemukan kedalaman di tengah kebisingan digital.
Dengan memanfaatkan teknologi secara bijak dan menghindari jebakan ilusi, kita dapat menciptakan kehidupan yang lebih otentik, penuh makna, dan harmonis.
Teknologi seharusnya menjadi alat untuk mendukung kemanusiaan, bukan menggantikan esensinya.
“Cinta adalah jembatan antara dirimu dan segala hal.”
Baca Juga: Catatan Denny JA: Inilah Mengapa Penting Membuat Dokumentasi Sebuah Gerakan
— Jalaluddin Rumi
Di era AI, cinta tetap menjadi esensi hidup manusia. Ia adalah cahaya di tengah gelapnya data, jembatan di tengah jurang teknologi, dan keheningan di tengah kebisingan dunia.
Membawa spirit para sufi ke era ini adalah tugas kita, karena di dalamnya, kita menemukan jalan pulang menuju kemanusiaan.***
Jakarta, 19 Desember 2024