Profil Masoud Pezeshkian, Presiden Baru Iran Pengganti Ebrahim Raisi
- Penulis : Maulana
- Selasa, 09 Juli 2024 15:59 WIB
COSMOABC.COM - Profil Masoud Pezeshkian yang menjadi presiden baru Iran pengganti Ebrahim Raisi akan dibahas Cosmoabc.com di artikel ini.
Seperti diketahui, Masoud Pezeshkian merupakan presiden baru Iran pengganti Ebrahim Raisi. Ia terpilih usai mengalahkan saingannya dari Partai Konservatif, Saeed Jalili, dalam pemilihan presiden Iran putaran kedua.
Menurut laporan Anadolu, Pezeshkian mengumpulkan 16.384.403 suara dari 30.530.157 suara yang dihitung. Sementara Jalili tertinggal dengan 13.538.179 suara pada putaran kedua yang menghasilkan jumlah pemilih yang relatif lebih tinggi.
Baca Juga: Israel Kembali Berulah, Kini Buang Limbah ke Aliran Air yang Digunakan Warga Palestina
Lantas, siapakah Masoud Pezeshkian? Menurut laporan Reuters, Masoud Pezeshkian merupakan seorang moderat yang tidak menonjolkan diri, membawa harapan jutaan rakyat Iran yang menginginkan lebih sedikit pembatasan pada kebebasan sosial dan kebijakan luar negeri yang lebih pragmatis.
Pezeshkian, yang mengalahkan Saeed Jalili yang berhaluan keras dalam putaran kedua pemilihan presiden hari Jumat , adalah seseorang yang kemungkinan besar akan disambut oleh negara-negara adikuasa dunia, dengan harapan dia dapat menempuh cara-cara damai untuk keluar dari kebuntuan yang menegangkan dengan Iran mengenai program nuklirnya yang maju pesat, kata para analis.
Pezeshkian berhasil menang dengan konstituensi - yang intinya diyakini adalah kelas menengah perkotaan dan kaum muda - yang telah sangat kecewa dengan tindakan keras keamanan selama bertahun-tahun yang membungkam setiap perbedaan pendapat publik dari ortodoksi Islam.
Baca Juga: Resmi! Masoud Pezeshkian Terpilih sebagai Presiden Iran yang Baru Gantikan Ebrahim Raisi
Dokter bedah jantung berusia 69 tahun itu telah berjanji untuk mempromosikan kebijakan luar negeri yang pragmatis, meredakan ketegangan atas negosiasi yang kini terhenti dengan negara-negara besar untuk menghidupkan kembali pakta nuklir 2015 dan meningkatkan prospek liberalisasi sosial dan pluralisme politik.
Di bawah sistem ganda Iran, yakni pemerintahan ulama dan republik, presiden tidak dapat mengawali perubahan kebijakan besar apa pun terkait program nuklir Iran atau dukungan terhadap kelompok milisi di Timur Tengah, karena Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei memegang kendali penuh atas masalah-masalah tingkat tinggi negara.
Namun, presiden dapat memengaruhi nada kebijakan Iran dan dia akan terlibat erat dalam memilih pengganti Khamenei , yang sekarang berusia 85 tahun.
Baca Juga: Usai Terpilih, Presiden Iran Masoud Pezeshkian Janji Akan Rangkul Para Lawannya
Pezeshkian setia pada pemerintahan teokratis Iran tanpa berniat untuk berhadapan dengan para petinggi keamanan dan pemimpin ulama yang berkuasa. Dalam debat dan wawancara TV, ia berjanji untuk tidak menentang kebijakan Khamenei.
Masoud Pezeshkian merupakan eks menteri kesehatan di bawah pemerintahan Presiden reformis Mohammad Khatami (2001-2005). Ia mewakili Kota Tabriz dalam parlemen Iran sejak 2008.
Pezeshkian adalah ahli jantung yang mengepalai Universitas Ilmu Kedokteran Tabriz, salah satu institusi medis terkemuka di Iran utara.
Baca Juga: Profil Masoud Pezeshkian, Presiden Baru Iran Pengganti Ebrahim Raisi
Ia populer di kalangan publik usai menentang tindakan represif terhadap demonstran pro-demokrasi pada 2009 dan kekerasan polisi moral pada 2022 pasca-kematian Mahsa Amini.
Mahsa Amini tewas saat ditahan polisi moral karena melanggar aturan berpakaian bagi perempuan di Iran. Warga Iran menggelar protes besar-besaran menyusul kematian Amini.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ratusan orang tewas dan ribuan orang ditangkap ketika pihak berwenang berupaya menyetop protes tersebut.***
Baca Juga: Dukung Lebanon, Iran Ingatkan Israel agar Tak Menyerang Lagi