Profil Masoud Pezeshkian, Presiden Baru Iran Pengganti Ebrahim Raisi
- Penulis : Maulana
- Minggu, 07 Juli 2024 10:24 WIB
COSMOABC.COM - Profil Masoud Pezeshkian yang merupakan presiden baru Iran pengganti Ebrahim Raisi akan diulas. Ia terpilih usai mengalahkan saingannya dari Partai Konservatif, Saeed Jalili, dalam pemilihan presiden Iran putaran kedua.
Menurut laporan Anadolu, Pezeshkian mengumpulkan 16.384.403 suara dari 30.530.157 suara yang dihitung. Sementara Jalili tertinggal dengan 13.538.179 suara pada putaran kedua yang menghasilkan jumlah pemilih yang relatif lebih tinggi.
Lantas, siapa sebenarnya Masoud Pezeshkian? Menurut laporan Reuters, Masoud Pezeshkian ialah seorang moderat yang tidak menonjolkan diri, membawa harapan jutaan rakyat Iran yang menginginkan lebih sedikit pembatasan pada kebebasan sosial dan kebijakan luar negeri yang lebih pragmatis.
Baca Juga: Koala yang berkeliaran di pantai telah menimbulkan kekhawatiran habitat mereka telah dihancurkan
Pezeshkian, yang mengalahkan Saeed Jalili yang berhaluan keras dalam putaran kedua pemilihan presiden hari Jumat , adalah seseorang yang kemungkinan besar akan disambut oleh negara-negara adikuasa dunia, dengan harapan dia dapat menempuh cara-cara damai untuk keluar dari kebuntuan yang menegangkan dengan Iran mengenai program nuklirnya yang maju pesat, kata para analis.
Pezeshkian berhasil menang dengan konstituensi - yang intinya diyakini adalah kelas menengah perkotaan dan kaum muda - yang telah sangat kecewa dengan tindakan keras keamanan selama bertahun-tahun yang membungkam setiap perbedaan pendapat publik dari ortodoksi Islam.
Dokter bedah jantung berusia 69 tahun itu telah berjanji untuk mempromosikan kebijakan luar negeri yang pragmatis, meredakan ketegangan atas negosiasi yang kini terhenti dengan negara-negara besar untuk menghidupkan kembali pakta nuklir 2015 dan meningkatkan prospek liberalisasi sosial dan pluralisme politik.
Baca Juga: Kedubes Iran untuk Indonesia Gelar Pemungutan Suara Pilpres 2024 di Jakarta
Di bawah sistem ganda Iran, yakni pemerintahan ulama dan republik, presiden tidak dapat mengawali perubahan kebijakan besar apa pun terkait program nuklir Iran atau dukungan terhadap kelompok milisi di Timur Tengah, karena Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei memegang kendali penuh atas masalah-masalah tingkat tinggi negara.
Namun, presiden dapat memengaruhi nada kebijakan Iran dan dia akan terlibat erat dalam memilih pengganti Khamenei , yang sekarang berusia 85 tahun.
Pezeshkian setia pada pemerintahan teokratis Iran tanpa berniat untuk berhadapan dengan para petinggi keamanan dan pemimpin ulama yang berkuasa. Dalam debat dan wawancara TV, ia berjanji untuk tidak menentang kebijakan Khamenei.
Baca Juga: Resmi! Masoud Pezeshkian Terpilih sebagai Presiden Iran yang Baru Gantikan Ebrahim Raisi
"Jika saya mencoba tetapi gagal memenuhi janji kampanye saya, saya akan mengucapkan selamat tinggal pada pekerjaan politik dan tidak melanjutkannya. Tidak ada gunanya menyia-nyiakan hidup kita dan tidak dapat melayani rakyat kita yang kita kasihi," kata Pezeshkian dalam pesan video kepada para pemilih.
Bangkit kembali dari kesunyian setelah bertahun-tahun terisolasi secara politik, kubu reformis yang dipimpin oleh mantan Presiden Mohammad Khatami mendukung Pezeshkian dalam pemilu setelah meninggalnya Presiden garis keras Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter pada bulan Mei.
Pandangan Pezeshkian kontras dengan pandangan Raisi, anak didik Khamenei yang memperketat penegakan hukum yang mengekang pakaian wanita dan mengambil sikap tegas dalam negosiasi yang kini hampir mati dengan negara-negara besar untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir.
Baca Juga: Usai Terpilih, Presiden Iran Masoud Pezeshkian Janji Akan Rangkul Para Lawannya
Pada tahun 2018, Presiden AS saat itu Donald Trump membatalkan pakta tersebut dan kembali memberlakukan sanksi terhadap Iran. Langkahnya tersebut mendorong Teheran untuk secara bertahap melanggar batasan nuklir dalam perjanjian tersebut.***