Penjualan Pesawat Nirawak Militer AS ke Taiwan Diprotes China
- Penulis : Maulana
- Jumat, 21 Juni 2024 16:34 WIB
COSMOABC.COM - Ada penjualan pesawat nirawak Switchblade 300 and ALTIUS 600M-V yang termasuk peralatan militer serta alat-alat lainnya dari Amerika Serikat (AS) ke Taiwan. Pemerintah China pun memprotes penjualan tersebut.
"Penjualan tersebut mengabaikan protes serius yang berulang kali dilakukan China," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, Kamis.
AS sekali lagi menjual senjata ke wilayah Taiwan, Penjualan semacam itu sangat melanggar prinsip Satu China dan tiga komunike bersama China-AS, khususnya Komunike 17 Agustus 1982, katanya menambahkan.
Baca Juga: Usai Pertemuan, China Bakal Masukkan Australia ke Program Bebas Visa
Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan AS, Rabu (19/6), mengumumkan persetujuan atas penjualan persenjataan hingga 720 unit Switchblade 300, 291 unit ALTIUS 600M-V serta 101 unit sistem pengendalian tembakan SB300 dan peralatan lain ke Taiwan.
Peralatan tersebut diperkirakan bernilai hingga 300 juta dolar AS, sedangkan sistem anti-tank guided weapon (ATGW) dan peralatan lain bernilai hingga sekitar 60,2 juta dolar AS yang merupakan paket penjualan senjata ke-15 ke Taiwan pada masa pemerintahan Presiden AS Joe Biden.
Switchblade 300 adalah rudal serangan presisi yang dapat dikerahkan dengan cepat oleh pasukan konvensional dan khusus dari posisi bergerak di lapangan atau dari posisi bertahan tetap untuk menargetkan objek di luar garis pandang.
Baca Juga: Amerika Serikat Khawatir Ketegangan Israel-Hizbullah Memanas
"Penjualan tersebut melemahkan kedaulatan dan kepentingan keamanan China, merugikan hubungan China-AS serta perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, serta mengirimkan pesan yang sangat salah kepada separatis 'kemerdekaan Taiwan'. China mengecam keras dan menentang keras hal tersebut," ungkap Lin Jian.
Seringnya penjualan senjata AS ke Taiwan, menurut Lin Jian, semakin menguatkan Partai Progresif Demokratik (DPP) karena mereka berpegang teguh pada "kemerdekaan Taiwan" dan dengan sengaja melakukan provokasi berdasarkan prinsip satu China.
"Upaya otoritas DPP untuk mencapai kemerdekaan melalui pembangunan militer dan apa yang telah dilakukan AS untuk membantu agenda tersebut hanya akan menjadi bumerang dan tidak membawa hasil apa pun," tambah Lin Jian.
Baca Juga: China dan Malaysia Jalin Kerja Sama di Sektor Pembangunan hingga Perdagangan
Lin Jian menegaskan masalah Taiwan adalah inti kepentingan utama China, dan merupakan garis merah pertama yang tidak boleh dilewati dalam hubungan China-AS.
"Tidak seorang pun boleh meremehkan tekad dan kemampuan China yang kuat untuk menentang 'kemerdekaan Taiwan' dan menjaga kedaulatan serta integritas wilayahnya," katanya.
Penjualan paket senjata AS ke Taiwan tersebut diperkirakan akan dikirimkan pada 2024-2025. Persenjataan yang dirancang untuk beroperasi di sekitar area target dan kemudian menyerangnya ketika terlihat sehingga dapat merespon ancaman musuh dengan lebih cepat.***