DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Derita Rakyat Akibat Rusaknya Lingkungan Hidup di Dalam Puisi Esai 

image
Catatan Denny JA: Derita Rakyat Akibat Rusaknya Lingkungan Hidup di Dalam Puisi Esai 

Neruda, seorang penyair besar dari Amerika Latin, menulis dengan kekuatan yang mengguncang jiwa. Ia bukan hanya berbicara untuk dirinya sendiri, tetapi menjadi suara kolektif bagi tanah yang terluka dan rakyat yang tertindas akibat eksploitasi besar-besaran oleh kekuatan pemilik modal asing di abad ke-20.

Puisi ini melukiskan penderitaan bumi dan manusia yang tinggal di atasnya. “Tanah yang bernapas berat” adalah metafora yang menyayat hati, menggambarkan bagaimana lingkungan alami dirobek. Sedangkan “cakar baja,” merujuk pada alat berat tambang yang melukai tanah.

Vitamin bumi, yang seharusnya menjadi kehidupan bagi rakyatnya, malah mengalir ke kantong asing. Dan yang tersisa bagi penduduk lokal hanyalah debu, simbol dari kehancuran dan kesia-siaan.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ibu Muslimah Mengantar Putranya Menjadi Pendeta

Pada pertengahan abad ke-20, Amerika Latin menghadapi gelombang eksploitasi sumber daya alam yang sangat intensif.

Tanah kaya mineral seperti emas, perak, dan tembaga menjadi sasaran korporasi-korporasi besar, terutama dari Amerika Utara dan Eropa.

Pemerintah lokal sering kali menjadi kolaborator dalam pengurasan kekayaan ini. Mereka memberikan izin eksploitasi tanpa memperhatikan dampak terhadap lingkungan maupun rakyat.

Neruda menulis dalam konteks tambang-tambang besar di wilayah seperti Chile, Peru, dan Bolivia menjadi medan perang tak terlihat.

Di Chile sendiri, tambang tembaga seperti Chuquicamata, yang dimiliki oleh perusahaan asing, menggambarkan ketidakadilan yang ia kritik.

Kekayaan tambang tersebut mengalir ke luar negeri, meninggalkan lubang menganga, pencemaran air, dan tanah yang tak lagi subur bagi komunitas lokal.

Namun, puisi ini tidak hanya bicara tentang kehancuran fisik, tetapi juga penderitaan manusia. Penduduk pribumi yang telah tinggal di tanah mereka selama berabad-abad dipaksa pergi, kehilangan hak atas tanah leluhur mereka.

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7

Berita Terkait