DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Untuk Mereka yang Terbuang di Tahun 1960-an

image
Catatan Denny JA: Untuk Mereka yang Terbuang di Tahun 1960-an

Negeri yang mereka tempati tidak pernah benar-benar menyambut mereka sebagai bagian dari dirinya.

Saya tersentuh merekam suasana batin para eksil itu bukan untuk makalah akademik. Tapi itu untuk diekspresikan ke dalam sastra, melalui puisi esai. Kisah mereka layak menjadi renungan.

-000-

Tiga puluh enam tahun telah berlalu sejak jatuhnya Orde Baru pada 1998. Selama itu, reformasi politik telah mengubah wajah Indonesia. 

Namun, dalam hal rekonsiliasi dengan eksil 1960-an, tampaknya waktu tidak menyembuhkan semua luka. Mereka yang terusir dari tanah air oleh rezim Orde Baru—rezim yang mencabut kewarganegaraan mereka—belum sepenuhnya mendapat pengakuan atau hak-hak mereka dikembalikan.

Sejarah pengasingan eksil ini dimulai dari kejadian besar di tahun 1965, ketika pemerintahan Orde Baru menuding ribuan orang Indonesia yang berada di luar negeri, khususnya di negara-negara blok Timur, sebagai pengkhianat. 

Tuduhan yang dihubungkan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) langsung mencabut hak-hak dasar mereka sebagai warga negara. 

Namun, bagi banyak eksil, tuduhan itu tak pernah terbukti. Mereka adalah mahasiswa, diplomat, dan pekerja yang dikirim secara resmi oleh negara untuk menempuh pendidikan atau bertugas di luar negeri.

Meskipun kejatuhan Orde Baru di tahun 1998 membuka pintu bagi reformasi politik, rekonsiliasi antara pemerintah Indonesia dan eksil tetap terhalang. 

Di satu sisi, narasi resmi yang ditinggalkan oleh Orde Baru masih menstigma para eksil sebagai simpatisan komunis. Di sisi lain, eksil menolak stigma tersebut. 

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sumber: Rilis

Berita Terkait