Rusia Terbuka Bekerja Sama dengan Siapa Pun Presiden Amerika Serikat yang Terpilih di Pilpres 2024
- Penulis : Maulana
- Jumat, 19 Juli 2024 07:48 WIB
COSMOABC.COM - Rusia terbuka bekerja sama dengan siapa pun Presiden Amerika Serikat yang terpilih di Pilpres 2024 nanti.
Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dalam sambutan yang diterjemahkan dari bahasa Rusia di markas besar PBB di New York, Rabu.
Dia mengisyaratkan keterbukaan Rusia untuk bekerja sama dengan siapa pun yang dipilih rakyat Amerika pada November, menjelang pemilihan presiden.
Baca Juga: Memanas! Rusia Serang Gudang Amunisi dan Pasukan Ukraina di Kharkov
Rusia juga memuji penolakan calon wakil presiden dari Partai Republik JD Vance terhadap kelanjutan bantuan militer untuk Ukraina.
"Kami akan tetap siap bekerja sama dengan pemimpin AS mana pun yang dipilih oleh rakyat AS," katanya.
"Dan pemimpinnya bersedia terlibat dalam dialog yang adil dan saling menghormati," tambahnya.
Baca Juga: Rusia Tuding Amerika Serikat dan Barat Ganggu Stabilitas Ekonomi hingga Tatanan Global
Rusia saat ini menjabat sebagai presiden Dewan Keamanan PBB dan Lavrov berada di kota tersebut untuk memimpin dua pertemuan Dewan Keamanan.
Lavrov selanjutnya menyatakan persetujuannya kepada wartawan atas penolakan Vance terhadap bantuan Ukraina.
"Mendukung perdamaian, mendukung penghentian bantuan yang telah diberikan, dan kami hanya bisa menyambutnya, karena itulah yang kami perlukan, untuk berhenti memberikan pasokan penuh senjata ke Ukraina, dan kemudian perang akan berakhir," kata Lavrov.
Baca Juga: Gara-gara Rudal Amerika Serikat, Warga Jerman Was-was Risiko Perang dengan Rusia
Calon presiden dari Partai Republik Donald Trump mengumumkan Vance sebagai pasangannya pada Senin 15 Juli 2024 dalam pengumuman yang telah lama ditunggu-tunggu.
Pengumuman tersebut semakin meningkatkan kekhawatiran di Eropa mengenai kelanjutan dukungan Amerika terhadap Ukraina jika mantan presiden tersebut berhasil terpilih kembali.
Selama KTT NATO pekan lalu di Washington, sekutu mengumumkan rencana untuk membentuk komando baru di markas besar di Jerman yang dipimpin oleh seorang jenderal bintang tiga dengan pusat logistik di negara-negara sayap timur untuk memfasilitasi bantuan militer lanjutan aliansi tersebut ke Kiev.
Baca Juga: Ukraina Kembali Digempur Rusia, Kali Ini Lapangan Udara Militer Myrhorod di Poltava Jadi Sasaran
Tindakan untuk menempatkan misi tersebut di bawah naungan NATO dilakukan untuk melindungi proses tersebut dari potensi gangguan yang dapat disebabkan oleh terpilihnya kembali Trump.***