Oleh: Denny JA

COSMOABC.COM - Dalam periode 20 tahun dari 2003 hingga 2022, sebanyak 1.668 jurnalis telah terbunuh di seluruh dunia, dengan rata-rata 80 jurnalis per tahun. 

Demikianlah judul berita media Reporters Without Borders (2023): “1,668 journalists killed in past 20 years (2003-2022), average of 80 per year.”

Baca Juga: LSI Denny JA Catat 97 Persen Unggahan soal Pemberian Izin Pertambangan ke Ormas Keagamaan di Media Bernada Netral

Angka ini mencerminkan risiko besar yang dihadapi oleh jurnalis, terutama ketika meliput kejahatan kriminal atau politik. 

Meskipun ada upaya global untuk melindungi jurnalis, tingkat impunitas terhadap pelaku pembunuhan jurnalis tetap tinggi. Ini membuat situasi keamanan bagi jurnalis investigatif mengkhawatirkan.

Data ini yang saya ingat ketika membaca puisi esai Jonminofri berjudul: "Pena Yang Ujungnya Mengalirkan Darah" (Terbit 2024). Puisi ini mengisahkan seorang wartawan bernama Rudi. Ia berlari keluar kota, merasa dikejar dan mungkin akan dibunuh. 

Baca Juga: 4 Lukisan Denny JA dengan asisten Artificial Intelligence soal The Harmony of Religions

Dalam pelariannya, ia sekaligus ziarah kepada para wartawan sebelumnya yang disiksa hingga mati terbunuh karena "ujung penanya."

Jonminofri mengungkapkan kegelisahan Rudi:

"Tapi kali ini Rudi berpikir lain. 

Baca Juga: 4 Lukisan Denny JA dengan asisten Artificial Intelligence soal The Harmony of Religions

Ini bukan persoalan seperti kemarin-kemarin,