DECEMBER 9, 2022
International

Indonesia Tegaskan Ekonomi Inklusif yang Libatkan Perempuan Harus Masuk Pembangunan Afghanistan

image
Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsud (Foto: ANTARA)

COSMOABC.COM - Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, menegaskan bahwa ekonomi inklusif yang melibatkan perempuan harus menjadi bagian dalam pembangunan ekonomi Afghanistan.

Pernyataan itu dia sampaikan dalam sesi pertama bertajuk Enabling Private Sector dalam Pertemuan ke-3 Para Utusan Khusus untuk Afghanistan atau disebut Doha III di Qatar, Senin.

“Masalah perempuan ini selalu saya bawakan dalam tiap isu yang kita bahas. Dalam Sesi I, saya juga menyampaikan bahwa membangun kembali kepercayaan menjadi sangat penting sekali dalam sistem perbankan,” kata Retno dalam transkrip keterangan pers yang disampaikan Kemlu RI, Senin malam.

Baca Juga: Terjadi Kericuhan di Perbatasan Iran dan Afghanistan Soal Sengketa Air

Selain pemberdayaan perempuan, dia juga menekankan pentingnya membangun lingkungan yang mendukung (enabling environment) bagi tumbuhnya sektor swasta (private sector) yang inklusif.

Retno memaparkan beberapa hal yang telah dilakukan Indonesia dengan Afghanistan, misalnya kerja sama dengan Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) di bidang inklusi keuangan dengan mengembangkan model bisnis keuangan mikro syariah.

“Kemudian kerja sama pengembangan sharia banking. Komunikasi saat ini terus berjalan dan sebagai catatan, Bank Dunia dalam presentasinya secara khusus menyebut Indonesia sebagai negara yang dapat memberikan kontribusi dalam hal ini,” tuturnya.

Baca Juga: 3 Wanita Afghanistan berbagi cerita setelah Taliban melarang salon kecantikan 

Retno pun menyampaikan persiapan Indonesia untuk menyambungkan kontak antara para wirausahawan perempuan Indonesia dengan Afghanistan.

“Hal lain yang saya sampaikan dalam Sesi I adalah mengenai pentingnya awareness mengenai rezim sanksi secara benar untuk menghindari dampak yang tidak perlu bagi ekonomi Afghanistan,” katanya.

Ia kemudian mengusulkan pembentukan kelompok kerja (working group) yang khusus membahas kerja sama ekonomi dengan lebih konkret dan melibatkan para pemangku kepentingan terkait guna memberikan kontribusi bagi kerja sama ekonomi.

Baca Juga: Timnas Indonesia U-16 vs Australia, Nova Arianto: Seluruh Pemain Garuda Muda Siap Tempur!

Lebih lanjut, dalam Sesi II yang membahas soal pemberantasan narkotika, Retno mengatakan bahwa isu narkoba tidak hanya mengkhawatirkan bagi Afghanistan, tetapi juga isu yang akan memberikan dampak pada kawasan dan dunia.

“Kita perlu mengapresiasi kebijakan poppy ban. Pertanyaannya adalah bentuk dukungan apa yang dapat diberikan oleh masyarakat internasional sehingga kebijakan ini dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat Afghanistan,” kata dia, merujuk pada larangan menanam opium di Afghanistan, yang telah menurunkan 95 persen cultivation of opium di Afghanistan.

Dalam konteks ini, Retno mengatakan perlunya rehabilitasi bagi pengguna obat-obatan yang jumlahnya cukup signifikan dan berasal dari generasi muda Afghanistan.

Baca Juga: Malaysia Siap Kerja Sama dengan Indonesia Kirim Pasukan Perdamaian ke Gaza

“Masa depan Afghanistan akan suram jika upaya rehabilitasi tidak berhasil,” ujar dia, menegaskan.***

Sumber: Anadolu/ANTARA

Berita Terkait