Permintaan Maaf Ponpes soal Viral Santri Bawa Senjata di Magetan
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 31 Juli 2023 14:44 WIB
Cos - 31 Juli 2023 Pengurus Pondok Pesantren Baitul Qur'an Al Jahra di Magetan, Jawa Timur, meminta maaf atas viralnya foto santriwati menenteng airsoft gun. "Kami Ingin menyampaikan permohonan maaf terkait foto viral kegiatan yang kami laksanakan dalam beberapa hari. Memang itu foto benar adanya terjadi di tempat kami," ujar Ketua Harian Yayasan Pondok Pesantren Baitul Qur'an Al Jahra Magetan Isgianto. Diakui Isgianto, Ponpes berencana menawarkan airsoftgun sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan tersebut disimulasikan pada saat pengenalan santriwati baru ke masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS). Namun, pihaknya mengaku melakukan kesalahan karena tidak berkonsultasi terlebih dahulu dengan pihak kepolisian. Mereka mengaku mengira mendapat tawaran dari pihak ketiga alam hal ini PT Airsoft Pelajar Indonesia mengingat proposal mereka memuat kegiatan di lembaga pendidikan lainnya. "Kalau rencana begitu (awalnya), tapi melihat situasi dan kondisi kami batalkan. Kami juga mengaku khilaf tidak konsultasi dulu dengan kepolisian atas tawaran dari pihak ketiga PT Airsoft Pelajar Indonesia asal Solo. Kami sudah batalkan kegiatan ekstrakurikuler itu untuk ke depannya," kata Isgianto. Isgianto mengatakan, pembatalan kegiatan ekstrakurikuler itu atas rekomendasi Polres Magetan, selain karena viral. Segera setelah adanya video viral tersebut, Polres Magetan mendatangi Ponpes Baitul Qur'an Al Jahra Magetan untuk klarifikasi. "Juga atas saran dari pihak berwajib (Polres Magetan) suruh tidak melakukan kegiatan ekstrakurikuler menembak," tandas Isgianto. Sebelumnya, foto sekelompok santriwati yang memegang "senjata laras panjang" dibagikan di media sosial. Dalam foto tersebut, enam siswi terlihat mengenakan atasan merah, rok panjang, dan kerudung warna biru. Keenam santriwati itu mengenakan rompi antipeluru selain membawa senjata laras panjang yang belakangan berubah menjadi senapan angin. Sedangkan latar belakang foto menampilkan persawahan dan bangunan masjid. Pernyataan PT Airsoft Pelajar Indonesia PT Airsoft Pelajar Indonesia sebagai penyelenggara atau EO yang digandeng Ponpes Baitul Qur'an Al Jahra untuk rangkaian acara MPLS itu turut merespons viralnya foto dengan narasi negatif tersebut. Direktur Utama PT Airsoft Pelajar Indonesia Agus Imam Santoso menilai viralnya itu adalah hasil kerjaan buzzer. "Gorengan Buzzer Itu! Kami masuk ke situ (Ponpes Al-Jahra) untuk menjelaskan bahwa airsoft ini sudah masuk cabor (cabang olahraga), dan mereka (santri) punya hak ke lini prestasi. Karena ini sudah liga-nya baik kabupaten, provinsi, dan nasional," ujarnya. Pria yang juga Ketua Umum Liga Airsoft Pelajar (LAP) ini mengakui bahwa Airsoft Pelajar Indonesia sedang berusaha untuk kaderisasi kembali sebagai cabang olahraga yang diakui oleh Kemenpora pada 2022. Sama halnya kaderisasi yang dilakukan cabor lainnya. "Jadi ini memang bentuk pengaderan kami. Kayak olahraga lain itu lho, mereka pengaderannya malah dari SD. Olahraga ekstrem seperti panah dan lain-lain itu, untuk jenjang SD lho sudah ada lombanya," katanya. Agus juga mengamini perusahaannya yang ingin memperkenalkan airsoft gun yang telah disetujui oleh Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) sebagai bagian dari olahraga rekreasi santriwati di Ponpes Al-Jahra. "Ya kami maunya memang jadi ekstrakurikuler. Supaya apa? Supaya santri ini terbina, terdidik, dan kontinu. Saya nggak mau sporadis, sekarang latihan 2 bulan lagi baru latihan lagi. Kalau seperti itu pemetaan tidak bisa dilakukan. Kejiwaan anak-anak, minat dan bakatnya, tidak bisa dipetakan," katanya. Diakui pula, Ponpes Baitul Qur'an Al-Jahra memang merupakan ponpes pertama yang menjajaki penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler olahraga airsoft gun bermitra dengan PT Airsoft Pelajar Indonesia. "Di Magetan kita baru pertama ini masuk. Tapi coba lihat di Jatim sudah ada kontingen kami di Blitar, ada di Tulungagung, ada di Surabaya, ada kontingen kita di Madiun. Memang Magetan belum terjamah," ujar Agus. Ia menyayangkan cuitan tidak bertanggung jawab di media sosial yang berusaha menciptakan stigma negatif. Di sisi lain, ia mengaku Ponpes Al-Jahra sendiri takut karena ia memang anak pertama di Magetan. "Ponpes takut karena memang baru pertama. Sebenarnya kami banyak terima telepon mendorong kami melanjutkan, karena manfaatnya banyak. Iya, tapi kami harus stop dulu untuk ngomong dengan Polres Magetan. Karena ini berawal dari cuitan tidak bertanggung jawab dan Polres Magetan menggali keterangan dari satu pihak saja, tidak sampai klarifikasi ke kami," ujarnya. Permintaan Maaf Ponpes soal Viral Santri Bawa Senjata di Magetan (Fa, Dtk, Cos)