DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Kisah Pilu Warga Gaza yang Dihantui Frustrasi Terjebak Pengungsian Tak Berujung

image
Warga Palestina yang mengungsi (Foto: ANTARA)

COSMOABC.COM - KIsah pilu warga Gaza yang dihantui frustrasi karena terjebak pengungsian tak berujung menarik untuk disimak. 

Salah satunya dipaparkan oleh Yaser Adul Hadi, seorang pria Palestina berusia 52 tahun yang mengungsi dari Gaza utara.

Ia telah menjalani relokasi kedelapannya menyusul perintah evakuasi Israel dari Khan Younis di Gaza selatan.

Baca Juga: Hamas Serukan Tiap Tanggal 3 Agustus sebagai Hari Dukungan untuk Tahanan Palestina di Gaza

"Setelah setiap perintah evakuasi, tentara Israel melancarkan operasi militer yang brutal, membuat daerah tersebut menjadi tidak layak huni," keluh ayah tujuh anak itu.

"Tempat-tempat di mana saya paling berisiko mengalami kematian sebenarnya adalah daerah-daerah yang diklaim tentara (Israel) sebagai tempat yang aman. Hanya keberuntungan yang mampu menyelamatkan saya dari kematian. Kini, saya tidak bisa berharap untuk hidup lebih lama," katanya.

"Tampaknya tentara (Israel) ingin membunuh kami semua tanpa terkecuali. Jika bukan karena aksi pengeboman, maka itu karena penindasan, kelelahan, dan pengungsian," tambah pria tersebut.

Baca Juga: Mesir Ingatkan Semua Pihak untuk Tak Buat Perang Baru di Lebanon dan Segerakan Gencatan Senjata Gaza 

Saat perang skala besar Israel di Jalur Gaza memasuki bulan kesepuluh, warga Palestina di daerah kantong pesisir yang terkepung itu telah terperangkap dalam siklus pengungsian dan keputusasaan yang tak berujung.

Saat ini, hanya 14 persen daerah di Jalur Gaza yang tidak berada di bawah perintah evakuasi, ujar Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) Philippe Lazzarini di platform media sosial X pada Minggu 28 Juli 2024.

"Setiap selang sehari, otoritas Israel mengeluarkan perintah-perintah ini yang memaksa warga untuk mengungsi, memicu kekacauan dan kepanikan. Sering kali, orang-orang hanya memiliki waktu beberapa jam untuk mengemas apa pun yang mereka bisa bawa dan terus berulang, sebagian besar dengan berjalan kaki atau menaiki gerobak keledai yang penuh sesak bagi mereka yang mampu membayar," ujar Lazzarini.***

Sumber: Anadolu, Sputnik

Berita Terkait