Istana Raja Palu Yang Tahan Pada Gempa Dan Kokohnya Souraja
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Rabu, 09 Agustus 2023 05:32 WIB
Cos - 08 Agustus 2023 Istana Raja Palu Yang Tahan Pada Gempa Dan Kokohnya Souraja komunitas detikTravel - Suasana di Kota Palu di tengah terik matahari siang hari. Udara panas terasa begitu turun dari pesawat. Ya, kota Palu memang merupakan salah satu kota tropis terkering di Indonesia dengan curah hujan kurang dari 1000mm per tahun. Meski belum menjadi tujuan wisata utama di Indonesia, kota dengan pemandangan alamnya yang unik ini sungguh indah. Palu dikenal sebagai kota lima dimensi karena memiliki gunung, lembah, sungai, teluk, dan laut. Kelima bentang alam tersebut membuat kota Palu memiliki banyak perspektif yang berbeda, sehingga berkunjung ke Palu tidak harus membosankan. Saya dan rombongan dari Jakarta sengaja mengunjungi Palu untuk geo-excursion, yang merupakan gabungan antara workshop, kuliah lapangan dan observasi langsung ilmu kebumian dan bahaya alam. Palu dipilih karena keistimewaannya merupakan satu-satunya daerah di Indonesia yang terjadi likuifaksi. Likuifaksi, yang secara harfiah diterjemahkan menjadi likuifaksi tanah, adalah fenomena langka di mana tanah menjadi jenuh dan kehilangan kekerasan dan kekuatannya. Hal ini disebabkan adanya tekanan seperti gempa bumi atau perubahan lainnya yang menyebabkan sifat tanah padat berubah menjadi cair. Bahkan, tidak hanya fenomena likuifaksi, di tahun 2018 Palu juga diguncang oleh 3 bencana besar yang terjadi hampir bersamaan: gempa bumi, tsunami, dan fenomena likuifaksi. Korban tewas saat itu sebanyak 2.101 meninggal dunia, 1.373 hilang, 4.438 luka-luka dan 221.450 orang kehilangan tempat tinggal. Selain melihat lokasi yang terkena dampak likuifaksi, kini hanya tersisa lahan kosong yang luas yang tidak boleh dibangun kembali oleh pemerintah daerah. Kunjungan ke Palu tidak akan lengkap tanpa mengunjungi situs bersejarahnya. Rombongan kami juga mengunjungi Souraja atau Istana Raja Palu di Desa Lere, Kabupaten Palu Barat, Provinsi Sulawesi Tengah. Souraja atau Banua Oge merupakan peninggalan Kerajaan Palu yang dibangun oleh Raja Palu Jodjokodi sekitar tahun 1892 dengan luas bangunan 32 x 11,5 meter. Dibangun dari kayu ulin, kayu daerah dengan 28 tiang rumah induk dan 8 tiang dapur terpisah dari rumah induk. Souraja adalah rumah panggung berbentuk pelana dengan undakan kiri dan kanan serta jumlah undakan yang ganjil. Souraja dibangun sebagai tempat tinggal keluarga kerajaan dan pusat pemerintahan. Karena telah ditetapkan sebagai situs cagar budaya, Souraja terbuka untuk umum dan terbuka untuk wisatawan. Setiap rombongan yang datang akan disambut dengan Mokambu atau tarian selamat datang, setelah itu mereka akan memakai selendang. Alas kaki harus dilepas saat memasuki bangunan sebagai rumah panggung dan cuci kaki dilakukan sebagai bagian dari ritual penyambutan yang sakral. Tentu saja, ini namanya memasuki istana, harus ada adat yang terhormat. Selain menjadi tempat tinggal raja, ciri terpenting Souraja adalah ketahanannya terhadap gempa bumi. Bangunan Souraja dikatakan mampu bergerak sesuai dengan pergerakan bumi, sehingga tidak akan runtuh meski terjadi gempa besar. Dari penuturan warganya yang masih dianggap keturunan Raja Palu dan menjadi pemandu kami selama berkunjung ke sana, disebutkan bahwa tidak ada foto yang dibingkai tergantung di tembok yang jatuh saat gempa. . Sejak berdirinya Souraja, tercatat bangunan ini telah mengalami 5 kali gempa, termasuk gempa bermagnitudo 7,4 yang terjadi pada 28 September 2018. Gempa dahsyat yang melumpuhkan Kota Palu akibat likuifaksi dan tsunami tidak sampai berdampak pada bangunan di Souraja. Dari pengamatan singkat yang saya lakukan selama saya tinggal, tidak menutup kemungkinan bahwa desain rumah yang simetris juga berperan dalam kekuatan bangunan. Struktur dinding tidak mudah roboh karena penerapan struktur dinding tertutup dengan membuat bresing, bresing pada bagian atas dan bawah dinding juga berkontribusi dalam hal ini. [caption id="attachment_17280" align="aligncenter" width="863"] Suasana di Kota Palu di tengah terik matahari siang hari. Udara panas terasa begitu turun dari pesawat (Detik.com)[/caption] Jenis tanah dan struktur pondasi tentunya menjadi alasan utama mengapa bangunan Souraja merupakan bangunan tahan gempa. Dalam hal ini, kearifan lokal berperan besar. Pada tahun 1892, pada saat pembangunan Souraja, saya percaya bahwa teknologi konstruksi anti gempa belum dipelajari oleh para ilmuwan seperti saat ini, tetapi kerajaan Palu sendiri yang mempraktekkannya. Souraja didirikan di tengah perkampungan suku Kaili, komunitas yang mendukung kejayaan kerajaan Palu. Selain berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga kerajaan, Souraja juga merupakan pusat pemerintahan kerajaan dan tempat berkumpulnya masyarakat sekitar. Teras Souraja berfungsi sebagai area resepsionis yang sangat luas. Selama kunjungan kami, kelompok kami yang berjumlah hampir seratus orang dihibur di teras dan disuguhi berbagai hidangan tradisional Palu, yang sebagian besar adalah kopi manis dan durian. Sebelum pandemi, sekitar tiga ribu orang mengunjungi Souraja setiap tahun. Setiap pengunjung diterima langsung oleh keturunan Raja Palu yang masih tinggal di sana, dan dikisahkan tentang Souraja, sebagian besar merupakan tuturan lisan yang tidak pernah tertulis. Souraja berubah fungsi menjadi kantor pemerintah Jepang dari tahun 1942 hingga 1945. Pada tahun 1958, gedung ini juga berubah fungsi menjadi markas dan asrama Tentara Nasional Indonesia. Mau tahu ceritanya lebih detail? Silakan kunjungi Souraja dan simak kisahnya langsung dari para pelaku sejarah atau keturunannya. Istana Raja Palu Yang Tahan Pada Gempa Dan Kokohnya Souraja (Dyp, Dtk, Lif)