COS - 07 Juli 2023 Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pada Selasa ("> COS - 07 Juli 2023 Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pada Selasa ("> COS - 07 Juli 2023 Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pada Selasa ("> COSMOABC.COM - cosmoabc.com
DECEMBER 9, 2022

Izin Pembuangan Air Limbah Radioaktif PLTN Fukushima ke Laut Picu Konflik

image
PLTN Fukushima. (Republika)

COS - 07 Juli 2023 Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pada Selasa (4/7/2023) menyetujui rencana Jepang untuk membuang limbah radioaktif ke laut dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima yang hancur akibat gempa bumi dan tsunami 2011, menurut IAEA air limbah sesuai dengan standar keselamatan internasional dan memiliki efek radioaktif yang dapat diabaikan pada manusia dan lingkungan. Keputusan IAEA itu langsung mendapat reaksi dari negara tetangga Jepang, Korea Selatan (Korsel) dan Cina. Kedua negara memiliki kekhawatiran sendiri tentang air limbah radioaktif dari PLTN Fukushima. Misalnya, Korea Selatan masih memberlakukan larangan impor makanan laut dari kawasan Fukushima.  Terkait keputusan IAEA yang mengizinkan Jepang membuang air limbah radioaktif PLTN Fukushima ke laut, pihak Korea mengatakan masih melakukan penjajakan. Mereka dijadwalkan mengumumkan harga pada Jumat, 7/7/2023. “Kami saat ini berada di tahap akhir dan akan dapat menjelaskan hasilnya pada pengarahan harian besok,” kata Park Ku-yeon, seorang pejabat wakil menteri di Kantor Koordinasi Kebijakan Pemerintah Korsel, Kamis (6/7/2023). Sementara itu, Cina menentang keras keputusan Jepang untuk membuang air limbah PLTN Fukushima ke laut, meski sudah disetujui IAEA. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin mengatakan dalam laporannya bahwa IAEA belum mengkonfirmasi rencana Jepang untuk membuang air yang terkontaminasi nuklir ke laut. “Jepang secara sepihak memutuskan untuk membuang air (limbah radioaktif PLTN Fukushima) ke laut, yang sebenarnya meminimalkan biaya dan risikonya sendiri sambil membiarkan dunia mengambil risiko kontaminasi nuklir yang sebenarnya bisa dihindari. Laporan tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa IAEA tidak memberikan rekomendasi atau dukungan terhadap rencana pembuangan laut Jepang,” kata Wang dalam pengarahan pers Rabu (5/7/2023) lalu, dikutip laman resmi Kemenlu Cina. Dia pun sempat menyinggung tentang penentangan yang turut timbul dari internal Jepang terkait rencana pembuangan air limbah PLTN Fukushima ke laut. “Menurut survei terbaru di Jepang, 40 persen orang Jepang menentang pembuangan air laut. Menurut survei bersama oleh Hankook Ilbo ROK dan surat kabar Jepang Yomiuri Shimbun, lebih dari 80 persen responden ROK tidak menyetujui pembuangan air yang terkontaminasi nuklir ke laut oleh Jepang. Para ahli dan orang-orang di negara-negara Kepulauan Pasifik, Filipina, Indonesia, Afrika Selatan, Peru, dan negara-negara lain memprotes dan menyuarakan penentangan mereka,” ucapnya. Wang mengingatkan, bahwa dengan membuang air limbah radioaktif PLTN Fukushima ke laut, Jepang dapat melanggar kewajibannya berdasarkan hukum internasional, termasuk United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) dan the Convention on the Prevention of Marine Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter in 1972. Hingga tiga reaktor PLTN Fukushima hancur saat Jepang dilanda gempa dan tsunami pada 2011. Pelepasan radiasi dalam jumlah besar tak terelakkan akibat kejadian ini. Lebih dari 1 juta ton air dibutuhkan untuk mendinginkan reaktor fusi. Air yang digunakan dalam proses pendinginan memiliki kandungan radioaktif yang tinggi.  Saat ini, sekitar 1,25 juta ton air telah terkumpul di tangka-tangki PLTN Fukushima. Pembuangan air merupakan langkah harus dalam proses penonaktifan pembangkit listrik tenaga nuklir. Pada Mei 2022, Badan Pengawas Nuklir Jepang (BPNJ) menyetujui rencana untuk mengizinkan operator PLTN Fukushima membuang air limbah radioaktif ke laut pada tahun 2023. BPNJ mengatakan air limbah tersebut diolah dengan aman dengan risiko minimal terhadap lingkungan. Pemerintah Jepang dan Tokyo Electric Power Company (TEPCO) mengumumkan bahwa lebih dari 60 isotop, tidak termasuk tritium, yang kadarnya harus dikontrol, telah dikurangi untuk memenuhi standar keselamatan. Menurut mereka, tritium juga tergolong aman jika dicampur dengan air laut.   (Fa, Rpb, Cos)

Berita Terkait