Cos - 13 Juni 2023 Bentrokan berkelanjutan dan tembakan artileri dilaporkan terjadi di beberapa bagian Ibu Kota Sudan , Khartoum, pada Minggu pagi, segera setelah berakhirnya gencatan senjata 24 jam yang membawa jeda singkat pertempuran delapan minggu faksi-faksi militer yang bersaing.  Saksi mata mengatakan pertempuran dilanjutkan setelah gencatan senjata berakhir pada pukul 6 pagi waktu setempat di utara Omdurman, salah satu dari tiga kota yang berdampingan, bersama dengan Khartoum dan Bahri, yang membentuk ibu kota di sekitar pertemuan Sungai Nil. Penduduk mengatakan telah terjadi tembakan artileri di daerah Sharq el-Nil di pinggiran timur ibu kota, dan di sekitar jembatan yang menghubungkan Omdurman dan Bahri. Ledakan dan bentrokan juga dilaporkan terjadi di Khartoum. Perang antara tentara Sudan dan paramiliter Pasukan Pendukung Cepat (RSF) pecah pada 15 April karena ketegangan terkait dengan rencana yang didukung internasional untuk transisi menuju pemerintahan sipil. Konflik tersebut telah membuat lebih dari 1,9 juta orang mengungsi, memicu krisis kemanusiaan besar yang mengancam akan menyebar ke seluruh wilayah yang bergejolak. Pertempuran menumpuk di ibu kota, banyak di antaranya telah menjadi zona perang, dirusak oleh penjarahan dan pertempuran kecil. Kerusuhan meletus di tempat lain, termasuk di wilayah Darfur barat, yang berpuncak pada konflik di awal tahun 2000-an. Penduduk dan aktivis telah melaporkan lebih banyak kerusakan dan gelombang serangan baru oleh suku nomaden Arab terkait RSF di El-Geneina, dekat perbatasan dengan Chad, dalam beberapa hari terakhir. Selama beberapa minggu, sebagian besar kota terputus dari jaringan telepon. Kota lain yang terkena dampak adalah El Obeid, ibu kota negara bagian Kordofan Utara, barat daya Khartoum dan di jalan utama menuju Darfur. Penduduk setempat mengatakan itu dikepung karena konflik, dengan pasokan makanan dan obat-obatan terputus. Wilayah Kordofan yang lebih luas merupakan daerah pertanian yang penting dan sumber ternak, biji minyak dan gom arab.  “Situasinya sulit. RSF tersebar di jalan-jalan antar desa dan mereka menjarah, dan ada penjarahan geng di mana-mana. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain menjadi berbahaya,” kata warga Kordofan Utara Mohamed Salman kepada Reuters melalui telepon seperti dikutip dari NBC, Senin (12/6/2023). “Kami tidak tahu bagaimana kami akan menanam atau bagaimana kami akan hidup dalam situasi ini,” imbuhnya.  RSF mengatakan sedang berusaha menghentikan penjarahan dan menyangkal bertanggung jawab atas kekerasan di Darfur. Sekitar 400.000 orang yang telah meninggalkan tanah airnya pergi ke negara tetangga, sekitar setengahnya ke utara ke Mesir. Pada hari Sabtu, Mesir memperketat persyaratan masuk dengan memperpanjang persyaratan visa untuk pria berusia 16 hingga 50 tahun ke semua warga negara Sudan. Bahkan sebelum aturan berubah, ribuan orang Sudan harus menunggu berjam-jam di dekat perbatasan untuk mendapatkan visa. Gencatan Senjata Berakhir, Pertempuran Kembali Pecah di Sudan (Fa, Sdn, Cos)