Cuaca Panas Menghantam Indonesia, Ini Penyebabnya
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 08 Juni 2023 15:55 WIB
COS. 08-06-2023 Indonesia terkonfirmasi tengah mengalami fenomena El Nino. Menurut Peneliti Klimatologi Pusat Iklim dan Atmosfer BRIN Erma Yulihastin, anomali kenaikan suhu terus naik, melampaui kenaikan 0,55 derajat Celcius. Fenomena El Nino akan memicu kondisi kering atau panas lebih ekstrem di musim kemarau dibandingkan musim kemarau biasanya. "Ya, sudah terkonfirmasi (El Nino masuk Indonesia). Suhunya naik terus. El Nino sudah tembus 0,81 derajat Celcius. Meski baru akan sah dikonfirmasi nanti bulan Agustus," kata Erma kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (8/6/2023). Hanya saja, Erma menambahkan, Indonesia mendapatkan manfaat dari munculnya siklon tropis Guchol. "Walau El Nino makin menguat (tembus +0,8 derajat Celcius) hampir +1 derajat Celcius, namun di utara Papua ada siklon tropis Guchol yang mengimbanginya sehingga dasarian pertama Juni, Indonesia masih berpotensi mengalami aktivitas awan dan hujan," jelas Erma. Efek El Nino Untuk mengatasi ancaman panas kering selama bulan El Nino, Erma merekomendasikan pemasangan sumur/pompa air yang lebih dalam untuk mengatasi krisis air minum. Selain itu, lebih banyak pohon ditanam dan waduk dibuat. Selain itu, lindungi kulit Anda dengan tabir surya. "Jaga tubuh agar tetap terhidrasi dengan memperbanyak air minum. Jangan membiarkan tubuh terlalu lama terkena sinar matahari saat temperatur harian maksimum," tulis Erma dalam akun Twitter resminya. "Kering dan panas merupakan dua parameter yang terpisah namun dalam konteks El Nino, keduanya dapat saling berkaitan karena El Nino dapat membuat clear sky. Sehingga kita dapat terpapar panas radiasi UV matahari lebih lama dibandingkan kondisi dengan banyak awan," kata Erma. Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto mengatakan, untuk mengantisipasi dampak El Nino, BNPB fokus pada pencegahan dan tanggap darurat bencana hidrometeorologi kering. Mulai dari memprediksi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) hingga kekeringan disertai cuaca serta mengurangi dampak terburuknya. Menurut dia, hingga 1 Juni 2023, berdasarkan data sebelumnya tercatat 112 kebakaran hutan dan lahan di Tanah Air. "BNPB akan fokus ke kebakaran hutan dan lahan. Karena prediksi BMKG di tahun 2023 ini kemaraunya lebih kering. Diprediksi potensi kejadian karhutlanya lebih besar dari tiga tahun terakhir," kata Suharyanto. "Ada tujuh wilayah yang akan mendapatkan perhatian khusus dari BNPB yang meliputi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Timur. Ketujuh provinsi prioritas itu memang menjadi langganan bencana karhutla setiap tahunnya. Hingga saat ini, status siaga darurat bencana karhutla dan kekeringan telah ditetapkan di seluruh provinsi tersebut per 29 Mei 2023," pungkasnya. (Ind, Cnbc, Cos)